Rabu, 08 Juni 2016

CERPEN - ENIGMA

Karya : Uswatun Hasanah Sitompul

Aku melangkah dengan perasaan tidak karuan. Sedari tadi aku merasa seseorang sedang mengikutiku diam diam. Namun saat aku melihat kebelakang semua terasa normal. Hanya ada beberapa orang yang terlihat di trotoar sepi ini.

Aku semakin mengeratkan jaketku. Udara yang sangat dingin terasa menusuk hingga ke tulangku. Aneh, padahal cuaca biasa-biasa saja. Tapi, kenapa auranya terasa begitu menakutkan?
Satu pemikiran aneh melintas di fikiranku, namun aku segera menepisnya. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun, sehingga hawanya terasa dingin.

Akupun melanjutkan perjalanan sambil mendengarkan lagu-lagu favoritku.
Hari ini begitu melelahkan. Beberapa hari lagi akan diadakan Pensi disekolahku, dan aku yang notabenenya merupakan Wakil Ketua OSIS mau tak mau harus bekerja keras dan rela pulang malam hari untuk menyiapkan segala tetek bengeknya. Aku memilih berjalan kaki karena rumahku hanya beberapa blok dari sekolahku. Lagipula ini masih jam 07:00, masih banyak orang berada di luar rumah.

Tunggu,
mengapa rasanya jalanan ini begitu sunyi mencekam?.
Aku mengedarkan pandanganku kesekeliling. Aku spontan merinding saat menyadari bahwa aku hanya sendiri di jalan yang lengang ini.

Aku melihat jam di pergelangan tanganku dan semakin terkejut saat menyadari bahwa jam tanganku menunjukkan pukul 00:00. Aku memerhatikan dengan seksama jam tanganku, siapa tahu baterainya habis. Tapi sepertinya jam ini berfungsi seperti biasanya. Aku meraba ponsel di kantung rok abu-abuku dan mengecek jamnya.

Sama

Deg deg deg
Tidak mungkin, ini aneh.
Jelas jelas aku keluar dari sekolah pukul 06:30. Bagaimana mungkin aku telah berada di jalan selama 5 jam.
Ini tidak mungkin.
Wuusshh
Tiba-tiba angin berhembus cukup kencang membuat daun-daun yang telah gugur berterbangan. Aku memasang kupluk jaketku untuk mencegah rambutku beterbangan.
Namun angin itu hanya bertahan beberapa detik saja, karena kemudian yang kurasakan adalah butiran butiran air yang jatuh mengenai tanganku.
Hujan
Butiran butiran bening itu turun semakin lebat dan seketika aku sudah basah kuyup.
Pandanganku kabur tertutup air hujan.
Dan untuk sesaat hanya sepersekian detik aku melihat sekelebat sosok yang lewat di depanku.
Aku ketakutan, jantungku berdentum-dentum memukul rongga dadaku. Badanku gemetaran. Pikiranku sangat kalut. Yang ada di pikiranku saat ini hanyalah bagaimana caranya agar aku bisa pulang kerumah dan bersembunyi di pelukan ibuku.
Tap!
Deg deg deg
Sesuatu yang aku terka adalah sebuah tangan menempel di bahuku. Aku memejamkan mata tidak berani menoleh kebelakang. Tapi sesaat kemudian aku merasa tangan itu membalikkan badanku.
Aku membuka mataku perlahan berharap semuanya hanyalah ilusiku saja. Namun saat aku membuka mata aku melihat diriku. Sosoknya sama persis denganku, salah, itu memang aku. Ya Tuhan apalagi ini...

Aku mundur selangkah, namun yang terjadi selanjutnya adalah bayanganku yang semakin banyak. Ada begitu banyak bayanganku dan mereka semua menatapku dengan begitu tajam.
"s..ssii...siapa kalian?!! Pergi!!!" Aku berteriak, berusaha mengalahkan suara hujan.
Alih-alih pergi mereka justru semakin mendekat padaku. Langkah kaki mereka sama, tatapan mereka juga sama.

"Kami adalah kau"
Kata-kata itu bergaung di sekelilingku.

Aku memegang kepalaku yang tiba tiba saja terasa begitu sakit. Seakan ada ribuan jarum yang menusuknya.
Kami adalah kau, kami adalah kau
Kata-kataku itu berdengung di telingaku, berulang ulang.
Kami adalah kau, kami adalah kau
Tidak, tidak. Ini semua tidak mungkin. Ini semua tidak mungkin terjadi. Ini mustahil. Ini benar benar tidak mung....

"AAAAAA!!!" Aku terbangun dan langsung terduduk di tempat tidurku.
Hah hah hah
Napasku tidak beraturan dan dadaku terasa sesak. Aku mengusap wajahku yang berkeringat dan melihat ke jam dinding.

Pukul 00:00

Itu mimpi, hanya mimpi.
Oh Ya Tuhan syukurlah.
Ternyata itu mimpi, hanya mimpi buruk

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Tags

Best Post