WRITER CLUB MAN 2 MODEL MEDAN

Jl. Williem Iskandar NO. 7A MEDAN. Kontak Kami : (+62)82 6964 5280

Mulailah Menulis..!

Menulis. Salah satu cara terbaik untuk mengabadikan perjalanan hidupmu.

WRITING IS THE PAINTING OF THE VOICE!

Write until it becomes as natural as BREATHING

!Writer Club M2MM!

We WRITE to live, and we live to WRITE

Rabu, 08 Juni 2016

Puisi - Nostalgia Embun Pagi

Karya : Muhammad Farhan Hasby

Terukir dalam ukiran pikiranku
Hasrat kenangan masa lalu
Dengan seorang wanita bermahkota ibu
Menggenggam kasih sayang dalam hatiku

Saat tatapan sinar matahari meredup
Saat gema shubuh menyelimut
Tatapan embun pagi sebagai saksi
Atas perjuangan mu yang tersirat di hati

Di dalam pagi itu
Suhu dingin tak berarti
Saat pelukan disisiku
Sebagai malpagai kehangatan

Embun pagi...
Tersenyum dipagi itu
Melihat tatapan kasih sayang ini
Sungguh daku merindu di waktu itu

Hari demi hari
Usiamu semakin tua
Waktu demi waktu
Embun pagi mulai lenyap

Tapi ukiran nostaliga ini
Seakan kisah ini abadi
Melalui doaku ini
Sebagai mengngat pelukan mu ini

Tuhan
Lindungilah ia
Sebagi mana ukiran kasih ini
Terukir hingga kini hingga selama lamanya

Puisi - Masa Kecilku

Karya : Diya Meiliza Putri

Ku berlari
Dengan riang tanpa beban di hati
Ungkapan rasa gembira
Yang mengalir selaras dengan jiwa

Suci, polos dan bersih
Tanpa dosa pada diri
Laksana angin yang mengalir
Mengantarkan kesejukan di hati
Masa dengan sejuta rasa
Dengan kelarasan memori cinta
Dengan tawa di setiap iramanya
Melantunkan perpaduan indah di masanya
Kenangan kecilku
Yang begitu menyenangkan
Iringan detik langkah kecil ini
Wujud keselarasan harmoni

Puisi - Cerita Sepi

Karya : Annisa Chorilah

Aku terpakudalam diam
Mematung diri dalam sepi
Di tepi jurang kegelapan
Dihantui kekosongan mendalam

Tak ingin melihat ke depan
Hanya lorong gelap tak berujung
Hitam yang menelan semua pelita
Ia mengurungku
Ku hampir terjatuh
Sayatan2 ini belum seberapa
Apalagi yang harus terluka
Menjinjit di atas duri2 kecil
Tak sanggup melihat kebawah
Tergelincir di langkah pertama
Berguling jatuh tanpa ampun
Tak harus mendaki, tak dapat kembali

Puisi - Untitled

Karya : Rizqi Ardi Habibie

Runtuh
Langit Bumi Meludah
Bersungut sungut singit
Bermasam masam diri
Gundah tanah hingga bernanah
Tangan berdarah luka lama
Luka baru tak tunggu masa
Obat langka tanpa cipta
Tanpa tabib
Kapan....
Kapan hati ingat ingat
Ingat hati akan masa
Masa hati mau habis
Habis hati ditangan Tuhan
Sudah Tua sudah runtuh
Lidah manis terasa pahit
Gunung gunung berdebu
Tanda azab telah satu
Laut naik tanpa kata
Bagaikan syaitan syaitan yang durjana
Tak cukup hati berkata dusta
Apalagi tobat bermasa
Kapan....
Kapan hati ingat ingat
Ingat hati akan masa
Masa hati mau habis
Habis hati karena dusta
Sungguh jumawa engkau manusia
Dihadapan Raja Alam Semesta
Sungguh busuk hatimu penuh ria
Bahkan tak layak engkau jumawa
Tanpa Dia engkau tak ada
Telah Dia habiskan enam masa
Untuk menghibur engkau manusia
Dengan rayuan cinta dunia
Tapi engkau salah prasangka
Kini Dunia telah mati
Mati tanpa dendam hati
Sungguh engkau makhluk keji
Menginjak penuh jumawa dalam diri
Tunggulah azab keji
Azab keji Sang Ilahi
Melalui alam yang tersakiti
Hingga engkau jatuh mati
Cukuplah pesan ini dari hati
Hati manusia yang tidak suci
Memberi nasehat yanng mungkin berarti
Kuharap engkau mengerti
Untuk melindungi dunia ini
Melindungi dengan tangan kaki terpatri
Terpatri kuat dalam hati
Hati berkobar penuh api
Api jiwa penuh mimpi
Penuh mimpi yang berarti
Kejarlah Pintu hati
Melalui alam ini
Jangan engkau rusak lagi
Sungguh Dia telah memberi

PUISI - AKHIR YANG DIJANJIKAN

Karya : Rana Salsabila


Nista....
Melarut dalam kerusakan zaman
Terombang-ambing melebur sukma
Hancur berkeping layaknya beling
Perjamuan malam terus menerkam
Meramu sesat dalam hitamnya
Bahkan kastil kokoh pun,
Hancur bersama kedustaan
Keji beralur kemungkaran
Mengalir banjiri bumi gersang
Segelintir kaum berlari
Takut akan penghianatan
Juga kemarahan langit
Yang menyiratkan ke hampaan dunia.

CERPEN - ENIGMA

Karya : Uswatun Hasanah Sitompul

Aku melangkah dengan perasaan tidak karuan. Sedari tadi aku merasa seseorang sedang mengikutiku diam diam. Namun saat aku melihat kebelakang semua terasa normal. Hanya ada beberapa orang yang terlihat di trotoar sepi ini.

Aku semakin mengeratkan jaketku. Udara yang sangat dingin terasa menusuk hingga ke tulangku. Aneh, padahal cuaca biasa-biasa saja. Tapi, kenapa auranya terasa begitu menakutkan?
Satu pemikiran aneh melintas di fikiranku, namun aku segera menepisnya. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun, sehingga hawanya terasa dingin.

Akupun melanjutkan perjalanan sambil mendengarkan lagu-lagu favoritku.
Hari ini begitu melelahkan. Beberapa hari lagi akan diadakan Pensi disekolahku, dan aku yang notabenenya merupakan Wakil Ketua OSIS mau tak mau harus bekerja keras dan rela pulang malam hari untuk menyiapkan segala tetek bengeknya. Aku memilih berjalan kaki karena rumahku hanya beberapa blok dari sekolahku. Lagipula ini masih jam 07:00, masih banyak orang berada di luar rumah.

Tunggu,
mengapa rasanya jalanan ini begitu sunyi mencekam?.
Aku mengedarkan pandanganku kesekeliling. Aku spontan merinding saat menyadari bahwa aku hanya sendiri di jalan yang lengang ini.

Aku melihat jam di pergelangan tanganku dan semakin terkejut saat menyadari bahwa jam tanganku menunjukkan pukul 00:00. Aku memerhatikan dengan seksama jam tanganku, siapa tahu baterainya habis. Tapi sepertinya jam ini berfungsi seperti biasanya. Aku meraba ponsel di kantung rok abu-abuku dan mengecek jamnya.

Sama

Deg deg deg
Tidak mungkin, ini aneh.
Jelas jelas aku keluar dari sekolah pukul 06:30. Bagaimana mungkin aku telah berada di jalan selama 5 jam.
Ini tidak mungkin.
Wuusshh
Tiba-tiba angin berhembus cukup kencang membuat daun-daun yang telah gugur berterbangan. Aku memasang kupluk jaketku untuk mencegah rambutku beterbangan.
Namun angin itu hanya bertahan beberapa detik saja, karena kemudian yang kurasakan adalah butiran butiran air yang jatuh mengenai tanganku.
Hujan
Butiran butiran bening itu turun semakin lebat dan seketika aku sudah basah kuyup.
Pandanganku kabur tertutup air hujan.
Dan untuk sesaat hanya sepersekian detik aku melihat sekelebat sosok yang lewat di depanku.
Aku ketakutan, jantungku berdentum-dentum memukul rongga dadaku. Badanku gemetaran. Pikiranku sangat kalut. Yang ada di pikiranku saat ini hanyalah bagaimana caranya agar aku bisa pulang kerumah dan bersembunyi di pelukan ibuku.
Tap!
Deg deg deg
Sesuatu yang aku terka adalah sebuah tangan menempel di bahuku. Aku memejamkan mata tidak berani menoleh kebelakang. Tapi sesaat kemudian aku merasa tangan itu membalikkan badanku.
Aku membuka mataku perlahan berharap semuanya hanyalah ilusiku saja. Namun saat aku membuka mata aku melihat diriku. Sosoknya sama persis denganku, salah, itu memang aku. Ya Tuhan apalagi ini...

Aku mundur selangkah, namun yang terjadi selanjutnya adalah bayanganku yang semakin banyak. Ada begitu banyak bayanganku dan mereka semua menatapku dengan begitu tajam.
"s..ssii...siapa kalian?!! Pergi!!!" Aku berteriak, berusaha mengalahkan suara hujan.
Alih-alih pergi mereka justru semakin mendekat padaku. Langkah kaki mereka sama, tatapan mereka juga sama.

"Kami adalah kau"
Kata-kata itu bergaung di sekelilingku.

Aku memegang kepalaku yang tiba tiba saja terasa begitu sakit. Seakan ada ribuan jarum yang menusuknya.
Kami adalah kau, kami adalah kau
Kata-kataku itu berdengung di telingaku, berulang ulang.
Kami adalah kau, kami adalah kau
Tidak, tidak. Ini semua tidak mungkin. Ini semua tidak mungkin terjadi. Ini mustahil. Ini benar benar tidak mung....

"AAAAAA!!!" Aku terbangun dan langsung terduduk di tempat tidurku.
Hah hah hah
Napasku tidak beraturan dan dadaku terasa sesak. Aku mengusap wajahku yang berkeringat dan melihat ke jam dinding.

Pukul 00:00

Itu mimpi, hanya mimpi.
Oh Ya Tuhan syukurlah.
Ternyata itu mimpi, hanya mimpi buruk
Diberdayakan oleh Blogger.

Tags

Best Post